BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dalam memperoleh pengetahuan diantaranya adalah melalui panca indra. Dengan begitu manusia akan lebih mudah
mempelajari sesuatu yang sifatnya kongkrit. Walaupun manusia mampu untuk
belajar sesuatu yang bersifat abstrak, namun sekali lagi bahwa ia akan lebih
mudah dalam mempelajari sesuatu yang dapat ia amati secara langsung dalam
kehidupannya. CTL didesain dengan melibatkan siswa mengalami dan menerapkan
apa yang diajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah dunia nyata yang
berhubungan dengan peran dan tanggung jawab mereka sebagai anggota
keluarga, masyarakat, warga negara dan tenaga kerja.
CTL lebih menekankan pada pembelajaran dengan
model siswa mengkonstruk sendiri pengetahuannya tanpa dominasi transfer ilmu
dari guru. Dengan begitu siswa diharapkan akan menjadi terampil dalam
memecahkan sendiri segala persoalan dalam kehidupnya kelak.
Terdapat tujuh komponen dalam pembelajaran
kontekstual/ CTL, yaitu a) konstruktivisme, b) inquiry, c) questioning,
d) learning community, e) Modeling, f) reflection, dan g) authentic
assesment. Masing-masing komponen tersebut akan dibahas lebih jelas dalam
makalah ini.
Makalah ini secara khusus akan membahas
pengertian model pembelajaran kontekstual, dasar pemikirannya,
komponen-komponennya, prinsip dasar pembelajaran kontekstual, karakteristik
pembelajaran kontekstual, dan penerapan pembelajaran kontekstual. Dalam hal
ini, penerapannya dicontohkan dalam materi Fiqih.
Dalam pembahasan ini diharapkan, makalah ini
memberikan kontribusi yang berarti bagi dunia pendidikan pada umumnya. lebih khusus lagi bagi penulis pribadi yang
berkecimpung dalam dunia pendidikan dengan peran sebagai guru.
Sumber:http://makalahpendidikanislamlengkap.blogspot.com/2015/06/model-pembelajaran-kontekstual.html
B. Rumusan Masalah
1. Apakah
pengertian dari pembelajaran kontekstual?
2. Apakah prinsip
pembelajaran kontekstual?
3. Apa saja
komponen-komponen yang terdapat dalam pembelajaran kontekstual?
4.
Apa saja karakteristik pembelajaran kontekstual?
5. Apakah
kelebihan dari pembelajaran kontekstual?
6. Apakah kelemahan dari pembelajaran
kontekstual?
7. Bagaimana
penerapan pembelajaran kontekstual?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui
pengertian dari pembelajaran kontekstual
2. Mengetahui
prinsip pembelajaran kontekstual
3. Mengetahui
komponen-komponen yang terdapat dalam pembelajaran kontekstual
4. Mengetahui karakteristik
pembelajaran kontekstual
5. Mengetahui
kelebihan dari pembelajaran kontekstual
6.
Mengetahui kelemahan dari pembelajaran
kontekstual
7.
Mengetahui
penerapan pembelajaran kontekstual
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran
Kontekstual merupakan konsep belajar yuang membantu para guru mengaitkan antara
materi yang diajarkannya dengan situasi nyata peserta didik dan mendorong
peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Dalam konsep ini, hasil pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan
peserta didik bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru
kepada peserta didik. Proses pembelajaran
lebih dipentingkan daripada hasil.
Pembelajaran
kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses
keterlibatan peserta didik secara penuh untuk dapat menekankan materi yang
dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga
mendorong peserta didik untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka
(Sanjaya, 2005:109)
Dari
konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami. Pertama, pembelajaran kontekstual menekankan kepada proses
keterlibatan peserta didik untuk menemukan materi. Artinya, proses belajar
diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam
konteks pembelajaran kontekstual tidak mengharapakan agar peserta didik hanya
menerima pelajaran, tetapi yang diutamakan adalah proses mencari dan menemukan
sendiri semua materi pelajaran. Kedua,
pembelajaran kontekstual mendorong agar peserta didik dapat menemukan hubungan
antara materiyang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. Artinya, peserta
didik dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar
disekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting sebab hal ini dengan
dapat mengkorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, materi yang
dipelajarinya akan lebih bermakna secara fungsional dan tertanam erat dalam
memori peserta didik sehingga tidak akan mudah terlupakan. Ketiga, pembelajaran kontekstual mendorong peserta didik untuk
dapat menerapkan pengetahuannaya dalam kehidupan. Artinya, pembelajaran kontekstual tidak hanya mengharapkan peserta
didik dapat memahami materi yang dipelajarinya, tetapi bagaimana materi itu
dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam
konteks pembelajaran kontekstual tidak untuk ditumpuk di otak dan kemudian
dilupakan, tetapi sebagia bekal bagi mereka dalam kehidupan nyata.
Sumber:Pembelajaran
Tematik(Konsep dan Aplikasi), 2017:100-121
B.
Prinsip
Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran
kontekstual memiliki beberapa prinsip dasar. Adapun prinsip-prinsip dalam
pembelajaran kontekstual menurut Suprijono (2011: 80-81) adalah sebagai
berikut.
1.
Saling
ketergantungan, artinya prinsip ketergantungan merumuskan bahwa kehidupan ini
merupakan suatu sistem. Lingkungan belajar merupakan sistem yang
mengitegrasikan berbagai komponen pembelajaran dan komponen tersebut saling
mempengaruhi secara fungsional.
2.
Diferensiasi,
yakni merujuk pada entitas-entitas yang beraneka ragam dari realitas kehidupan
di sekitar siswa. Keanekaragaman mendorong berpikir kritis siswa untuk
menemukan hubungan di antara entitas-entitas yang beraneka ragam itu. Siswa
dapat memahami makna bahwa perbedaan itu rahmat.
3.
Pengaturan
diri, artinya prinsip ini mendorong pentingnya siswa mengeluarkan seluruh potensi
yang dimilikinya. Ketika siswa menghubungkan materi akademik dengan konteks
keadaan pribadi mereka, siswa terlibat dalam kegiatan yang mengandung prinsip
pengaturan diri.
Selanjutnya,
Sumiati dan Asra (2009: 18) menjelaskan secara rinci prinsip pembelajaran
kontekstual sebagai berikut:
1.
Menekankan pada
pemecaham masalah;
2.
Mengenal
kegiatan mengajar terjadi pada berbagai konteks seperti rumah, masyarakat, dan
tempat kerja;
3.
Mengajar siswa
untuk memantau dan mengarahkan belajarnya sehingga menjadi pembelajar yang
aktif dan terkendali;
4.
Menekankan
pembelajaran dalam konteks kehidupan siswa;
5.
Mendorong siswa
belajar satu dengan lainnya dan belajar bersama-sama;
6.
Menggunakan
penilaian otentik.
Lain halnya
dengan Nurhadi, ia mengemukakan prinsip-prinsip pembelajara kontekstual yang
perlu diperhatikan guru, yakni:
(1)
merencanakan
pembelajaran sesuai dengan kewajaran mental sosial,
(2) membentuk
kelompok yang saling bergantung,
(3) menyediakan
lingkungan yang mendukung pembelajaran yang mandiri,
(4)
mempertimbangkan
keragaman siswa,
(5)
mempertimbangkan
multi intelegensi siswa,
(6) menggunakan
teknik-teknik bertanya untuk meningkatkan pembelajaran siswa, perkembangan
masalah, dan ketrampilan berpikir tingkat tinggi,
(7) menerapkan
penilaian autentik. Penilaian autentik merupakan antitesis dari ujian stanar,
penilaian autentik memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan
terbaik mereka sambil mempertunjukkan apa yang sudah mereka pelajari
Merujuk pada prinsip-prinsip di
atas, maka pembelajaran kontekstual berorientasi pada upaya membantu siswa
untuk menguasai tiga hal, yakni:
(1)
pengetahuan,
yaitu apa yang ada di pikirannya membentuk konsep, definisi, teori, dan fakta;
(2)
Kompetensi atau
keterampilan, yaitu kemampuan yang dimiliki untuk bertindak atau sesuatu yang
dapat dilakukan;
(3)
Pemahaman
kontekstual, yaitu mengetahui waktu dan cara bagaiman menggunakan pengetahuan
dan keahlian dalam situasi kehidupan nyata.
Sumber:http://duniadesisrini.blogspot.com/2017/10/makalah-pembelajaran-kontekstual.html
C.
Komponen
pembelajaran kontekstual
Penerapan
pembelajaran kontekstual ini
memiliki 7 (tujuh) komponen utama pembelajaran efektif.
Ketujuh komponen ini adalah sebagai
berikut:
1.
Konstruktivisme
Konstruktivisme
adalah mengembangkan pemikiran siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara
belajar sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan barunya. Siswa membangun
pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan
awal.
Dan pembelajaran harus dikemas
menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan.
Terdapat
5 (lima) elemen belajar yang konstruktivistik, yaitu (1) pengaktifan
pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge), (2) pemerolehan
pengetahuan baru (acquiring knowledge), (3) pemahaman pengetahuan (understanding
knowledge), (4) mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman (applying
knowledge), dan (5) melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan
pengetahuan tersebut (reflecting knowledge).
2.
Inquiry
Inquiry
(menemukan), yaitu melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk
semua topik. Siswa diminta untuk menangani sendiri permasalahan yang mereka
hadapi ketika berhadapan dengan dunia nyata.Dalam pembelajaran ini terdapat proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman
serta siswa belajar
menggunakan keterampilan berpikir kritis.
3.
Questioning (Bertanya)
Bertanya,
yaitu mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan cara bertanya. Melalui cara
ini, siswa akan mampu menjadi pemikir yang handal dan mandiri. Siswa dirangsang
untuk mengembangkan idenya dan pengujian baru yang inovatif, mengembangkan
metode dan teknik untuk bertanya, bertukar pendapat dan berinteraksi.Dengan
kegiatan bertanya ini , guru
mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.
4.
Learning Community (Masyarakat Belajar)
Masyarakat
belajar yaitu menciptakan masyarakat belajar dalam suatu kelompok. Siswa hidup
dalam lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolahnya, sehingga ini dapat
dimanfaatkan sebagai sumber daya untuk mengembangkan pembahaman pembelajaran
kontekstual. Misalnya dalam pembelajaran kontekstual siswa diajak ke sawah
untuk melihat langsung bagai mana proses penanaman padi hingga panen dan
menjadi beras.Dalam pembentukan masyarakat belajar terdapat konsep bahwa
bekerjasama dengan orang lain
lebih baik daripada belajar sendiri, tukar pengalaman, dan
berbagi ide.
5.
Modeling (Pemodelan)
Pemodelan
adalah menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran. Siswa menjadi mudah
dalam belajar dan memahami jika guru menyajikan baginya sebuah model
bukan hanya berbentuk lisan. Siswa akan mampu mengamati dan mencontoh apa yang
ditunjukkan oleh guru.
6.
Reflection (Refleksi)
Refleksi,
yaitu melakukan refleksi akhir pertemuan pembelajaran. Refleksi ini merupakan
ringkasan dari materi pembelajaran yang telah disampaikan guru. Siswa
mengungkapkan secara tulisan maupun lisan apa yang telah mereka pelajari. Dalam
menyimpulkan siswa dapat melakukannya dalam bentuk catatan apa yang telah dipelajari atau membuat jurnal, karya seni, dan /atau diskusi kelompok
7.
Authentic Assesment (Penilaian yang sebenarnya)
Penilaian
sebenarnya, yaitu melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Tujuannya adalah mengukur
pengetahuan dan keterampilan siswa melalui penilaian produk (kinerja) atau tugas-tugas yang relevan dan kontekstual.
D. Karakteristik pembelajaran
kontekstual
Pembelajaran kontekstual memiliki
karakteristik sebagai berikut :
a)
Kerjasama
b)
Saling menunjang
c)
Menyenangkan
d)
Tidak membosankan
e)
Belajar dengan
bergairah
f)
Pembelajaran
terintegrasi
g)
Menggunakan berbagai
sumber
h)
Siswa aktif
i) Sharing
dengan teman
j)
Siswa kritis, guru
kreatif
k)
Dinding kelas dan
lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor
dll
l)
Laporan kepada orang
tua bukan hanya raport, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum,
karangan siswa dll.
Sumber:http://makalahpendidikanislamlengkap.blogspot.com/2015/06/model-pembelajaran-kontekstual.html
E. Kelebihan dari Pembelajaran Kontekstual
a) Peserta didik
mampu menghubungkan teori dengan kondisi di lapangan yang sebenarnya.
b) Peserta
didik dilatih agar tidak tergantung pada menghapal materi
c) Melatih
peserta didik untuk berpikir kritis dalam meghadapi suatu permasalahan
d) Melatih
peserta didik untuk berani menyampaikan argumen, bertanya, serta menyampaikan
hasil pemikiran
e) Melatih
kecakapan interpersonal untuk berhubungan dengan orang lain.
F. Kelemahan dari
Pembelajaran Kontekstual
a)
Membutuhkan
waktu lama dalam pelaksanaannya
b)
Membutuhkan
banyak biaya
Sumber:http://duniadesisrini.blogspot.com/2017/10/makalah-pembelajaran-kontekstual.html
G. Penerapan
pembelajaran kontekstual
Pembelajaran
kontekstual dapat diterapkan pada materi pelajaran yang sesuai dengan
karakteristiknya. Penerapan pembelajaran kontekstual ini lebih cocok untuk
materi-materi pelajaran yang mudah ditemui/ diamati dalam kehidupan dunia
nyata.
Pembelajaran
kontekstual dapat juga diterapkan dalam materi Pendidikan Agama Islam (PAI).
Misalkan saja pembelajaran tentang materi Fikih dalam bab muamalah, maka guru
dapat mengajak siswanya untuk pegi ke pasar dan mengamati bagaimana trasnsaksi
jual beli itu berlangsung. Dengan modal pengetahuan yang telah dimiliki
sebelumnya, siswa akan mengkonstruksi pengetahuan barunya. Dengan begitu siswa
akan lebih memahami bagaimana penerapan muamalah yang benar sesuai dengan
materi yang ia terima dari gurunya. Pada sesi akhir pembelajaran, guru bersama
para siswa melakukan kesimpulan dari hasil pembelajaran tersebut.
Sumber:http://makalahpendidikanislamlengkap.blogspot.com/2015/06/model-pembelajaran-kontekstual.html
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Model pembelajaran
kontekstual (Contextual Teaching And Learning / CTL) merupakan suatu
konsepsi yang membantu guru dalam proses pembelajaran dengan mengaitkan konten
mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan motivasi siswa yang membuat
hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga, masyarakat, warga Negara dan tenaga kerja. Pembelajaran kontekstual/ CTL didasarkan pada filosofis paham
konstruktivisme yang menekankan siswa
mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis
yang mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika
mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang
sudah mereka miliki sebelumnya.
Pembelajaran kontekstual ini memiliki 7 (tujuh) komponen
utama
yaitu, a) konstruktivisme, b) inquiry, c) questioning, d) learning
community, e) Modeling, f) reflection, dan g) authentic
assesment.
Prinsip dasar
pembelajaran kontekstual adalah : 1) penekanan pada pemecahan masalah; 2)
pengenalan pembelajaran berbagai konteks; 3) pemantauan dan pengarahan belajar
aktif dan terkendali; 4) penekanan pembelajaran dalam konteks kehidupan siswa;
5) mendorong siswa belajar bersama; 6) penilaian otentik. Pembelajaran
kontekstual dapat membantu siswa menguasai tiga hal, yaitu : pengetahuan,
kompetensi/ keterampilan, dan pemahaman kontekstual.
Pembelajaran
kontekstual memiliki karakteristik sebagai berikut : a) kerjasama, b), saling
menunjang, c) menyenangkan, d) tidak membosankan, e) belajar dengan bergairah,
f) pembelajaran terintegrasi, g) menggunakan berbagai sumber, h) siswa aktif,
i) sharing dengan teman, j) siswa kritis, guru kreatif, k) dinding kelas dan
lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, l) laporan kepada orang tua bukan
hanya raport, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa
dll.
Penerapan
pembelajaran kontekstual ini lebih cocok untuk materi-materi pelajaran yang
mudah ditemui/ diamati dalam kehidupan dunia nyata. Pembelajaran kontekstual
dalam materi Pendidikan Agama Islam (PAI), misalkan saja pembelajaran tentang materi
Fikih dalam bab mua>malah, maka guru dapat mengajak siswanya pegi ke
pasar dan mengamati bagaimana trasnsaksi jual beli itu berlangsung. Dengan
begitu siswa akan lebih memahami bagaimana penerapan muamalah yang benar sesuai
dengan materi yang ia terima dari gurunya. Pada sesi akhir pembelajaran, guru
bersama para siswa melakukan kesimpulan dari hasil pembelajaran tersebut.
B.
SARAN
Dengan
mengetahui kelemahan dan kelebihan pada pembelajaran kontekstual ini, maka guru
dapat memilih materi mana yang cocok untuk digunakan dalam model pembelajaran
kontekstual, sehingga dapat membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang diinginkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Desisrini. 2017. Makalah Pembelajaran Kontekstual (online),
Anonim. 2015. Model Pembelajaran Kontekstual (online),
Malawi.
Ibadullah.2017. Pembelajaran Tematik
(Konsep dan Aplikasi). Magetan. Media Grafika
0 komentar:
Posting Komentar