BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Manusia merupakan makhluk yang berpikir,
merasa, mengindera: dan totalitas pengetahuannya berasal dari ketiga sumber
tersebut, disamping wahyu yang merupakan komunikasai Sang Pencipta dengan
makhluknya. Manusia memiliki sifat yang berbeda dengan makhluk lain, yaitu
sifat ingin tahu yang tinggi sehingga rasa ingin tahu ini semakin hari semakin
bertambah. Oleh sebab itu manusia dikatakan sebagai makhluk yang mengembangkan
pengetahuannya secara sungguh-sungguh. Binatang juga memiliki pengetahuan,
namun pengetahuannya hanya terbatas untuk kelangsungan hidupnya. Sedangkan
manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan hidupnya dan
mengembangkan hal-hal baru. Hal ini menunjukkan bahwa manusia dalam hidupnya
tidak sekedar mengatasi kebutuhan hidupnya namun memiliki tujuan tertentu yang
lebih tinggi dari pada itu.
Pengetahuan
merupakan segala sesuatu yang diperoleh manusia melalui sebuah pengamatan. Saat
seseorang mengamati suatu hal dan dia memperoleh sesuatu dari pengamatannya,
maka bisa disebut orang tersebut memperoleh sebuah pengetahuan.
B. Rumusan
Masalah
Adapun rumusan
masalah makalah ini, yaitu:
1. Jelaskan apa yang dimaksud
penalaran?
2. Apakah defenisi dari logika?
3. Jelaskan defenisi dari sumber pengetahuan?
4. Jelaskan apa yang dimaksud kriteria
kebenaran?
C. Tujuan
Tujuan yang
akan dicapai dengan adanya makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui apa yang dimaksud
Penalaran.
2. Dapat Mengetahui defenisi dari Logika.
3. Dapat menjelaskan defenisi dari Sumber
Pengetahuan.
4.
Mengetahui
apa yang dimaksud Kriteria kebenaran.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
dan Dasar-dasar Pengetahuan
Pengetahuan
merupakan kajian panjang sehingga terjadi pergulatan sejarah pemikiran filsafat
dalam menemukan pengertian pengetahuan. Hal ini wajar karena “keistimewaan”
filsafat adalah perselisihan, pergumulan pemikirannya itu berlangsung terus
selamanya. Suatu produk pemikiran filsafat selalu ada yang menguatkan,
mengkritik, melemahkan bahkan akan ada yang merobohkan pemikiran itu. Kelakpun
akan dijumpai yang satu menegaskan sedang yang lain mengingkari. Begitulah
seterusnya akan selalu berada dalam bingkai dialektika.
Sedangkan
Ilmu merupakan pengetahuan yang terorganisasi dan diperoleh melalui proses
keilmuan. Sedangkan proses keilmuan adalah cara memperoleh pengetahuan secara
sistematsi tentang suatu sistem. Perolehan sistematis ini biasanya atau pada
umunya berupa metode ilmiyah. Dari proses metode ilmiah itu melahirkan
“science”. Science atau tepatnya Ilmu pengetahuan memilki arti spesifik bila
digandengkan dengan ilmu pengetahuan yaitu sebagai kajian keilmuan yang
tersistematis sehingga menjadi teori ilmiah-obyektif ( dapat dibuktikan secara
empiris ) dan prediktif ( menduga hasil empiris yang bisa diperiksa sehingga
bisa jadi hasilnya bersesuaian atau bertentangan dengan realita empiris).
Pengetahuan dalam pandangan Rasionalis
bersumber dari “Idea”. Tokoh awalnya adalah Plato (427-347). Menurutnya alam
idea itu kekal, tidak berubah-ubah. Manusia semenjak lahir sudah membawa idea
bawaan sehingga tinggal mengingatnya kembali untuk menganalisa sesuatu itu.
Istilah yang digunakan Rene Descartes (1596-1650) sebagai tokoh rasionalis
dengan nama “innete idea”. Penganut rasionalis tidak percaya dengan inderawi
karena inderawi memiliki keterbatasan dan dapat berubah-ubah. Sesuatu yang
tidak mengalami perubahan itulah yang dapat dijadikan pedoman sebagai sumber
ilmu pengetahuan. Aristatoles dan para penganut Empirisme-Realisme menyanggah
yang disampaikan oleh kaum Rasionalis. Mereka berdalih bahwa ide-ide bawaan itu
tidak ada. Hukum-hukum dan pemahaman yang universal bukan hasil bawaan tetapi
diperoleh melalui proses panjang pengamatan empiric manusia. Aristatoles
berkesimpulan bahwa ide-ide dan hukum yang universal itu muncul dirumuskan akal
melalui proses pengamatan dan pengalaman inderawi.
Pengetahuan yang tidak bisa diukur dan dibuktikan
dengan empiric-realitas-material merupakan pengetahuan yang hayali, tahayul dan
bohong (mitos). Aliran empirisme menyatakan bahwa pengetahuan itu diperoleh
melalui pengalaman-pengalaman yang konkrit. Sedangkan aliran rasionalis
berpendapat bahwa pengetahuan manusia didapatkan melalui penalaran rasional.
Kedua pendekatan ini merupakan cikal bakal lahirnya positivisme modern dalam
kajian keilmuan.
B . Penalaran
Kemampuan
menalar menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuan yang merupakan
rahasia kekuasaan-kekuasaan – Nya. Secara simbolik manusia memakan buah
pengetahuan lewat Adam dan Hawa, dan setelah itu manusia harus hidup berbekal
pengetahuannya itu. Dia mengetahui apa yang benar dan apa yang salah, mana yang
baik dan mana yang buruk, serta mana yang indah dan mana yang jelek. Secara
terus menerus dia selalu hidup dalam pilihan.
Manusia
adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan ini sungguh-sungguh.
Binatang juga mempunyai pengetahuan, namun pengetahuan ini terbatas hanya untuk
kelangsungan hidupnya. Manusia mengembangkan pengetahuannya mengatasi
kebutuhan-kebutuhan kelangsungan hidup ini. Dan memikirkan hal-hal baru,
menjelajah ufuk baru, karena dia hidup bukan sekedar untuk kelangsungan
hidupnya, namun lebih dari pada itu. Manusia mengembangkan kebudayaan; memberi
makna bagi kehidupan; manusia ‘memanusiakan” diri dalam dalam hidupnya. Intinya
adalah manusia di dalam hidupnya mempunyai tujuan tertentu yang lebih tinggi
dari sekedar kelangsungan hidupnya. Inilah yang membuat manusia mengembangkan
pengetahuannya dan pengetahuan ini mendorong manusia menjadi makhluk yang
bersifat khas.
Pengetahuan
ini mampu dikembangkan manusia disebabkan oleh dua hal utama;
a. Bahasa; manusia mempunyai bahasa yang
mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan
pikiran yang melatar belakangi informasi tersebut.
b. Kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir
tertentu. Secara garis besar cara berpikir seperti ini disebut penalaran.
Dua kelebihan inilah yang
memungkinkan manusia mengembangkan pengetahuannya yakni bahasa yang bersifat
komunikatif dan pikiran yang mampu menalar.
Penalaran merupakan suatu proses
berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia pada
hakikatnya merupakan makhluk yang berpikir, merasa, bersikap, dan bertindak.
Sikap dan tindakan yang bersumber pada pengetahuan yang didapatkan lewat
kegiatan merasa atau berpikir. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang
dikaitkan dengan kegiatan merasa atau berpikir. Penalaran menghasilkan
pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan.
Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Apa
yang disebut benar bagi tiap orang adalah tidak sama oleh sebab itu kegiatan
proses berpikir untuk menghasilkan pengetahuan yang benar itupun berbeda-beda
dapat dikatakan bahwa tiap jalan pikiran mempunyai apa yang disebut sebagai
kriteria kebenaran, dan kriteria kebenaran ini merupakan landasan bagi proses
kebenaran tersebut. Penalaran merupakan suatu proses penemuan kebenaran di
mana tiap-tiap jenis penalaran mempunyai criteria kebenaran masing-masing. Sebagai
suatu kegiatan berpikir maka penalaran mempunyai ciri-ciri tertentu.
Ciri yang pertama ialah adanya suatu
pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika, dan tiap penalaran
mempunyai logika tersendiri atau dapat juga disimpulkan bahwa kegiatan penalaran
merupakan suatu kegiatan berpikir logis, dimana berpikir logis di sini harus
diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut suatu pola tertentu atau logika
tertentu.
Ciri yang kedua dari penalaran
adalah sifat analitik dari proses berpikirnya. Penalaran merupakan suatu
kegiatan berpikir yang menyandarkan diri kepada suatu analisis dan kerangka
berpikir yang digunakan untuk analisis tersebut adalah logika penalaran yang
bersangkutan. Artinya penalaran ilmiah merupakan kegiatan analisis yang
mempergunakan logika ilmiah, dan demikian juga penalaran lainnya yang
mempergunakan logikanya tersendiri. Sifat analitik ini merupakan konsekuensi
dari suatu pola berpikir tertentu.
C . Logika
Penalaran merupakan suatu proses
berpikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan
penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus
dilakukan cara tertentu. Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap sahih (valid)
kalau proses penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara. Cara
penarikan kesimpulan ini disebut logika, di mana logika secara luas dapat
didefenisikan sebagai “pengkajian untuk berpikir secara sahih.”1 Terdapat
bermacam-macam cara penarikan kesimpulan, namun untuk sesuai dengan dengan
tujuan studi yang memusatkan diri kepada penalaran maka hanya difokuskan kepada
dua jenis penarikan kesimpulan, yakni logika induktif dan logika deduktif.
Logika induktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus
individual nyata menjadi kesimpulan bersifat umum. Sedangkan logika deduktif,
menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat
individual (khusus).
a. Induksi
Induksi
merupakan cara berpikir di mana ditarik dari suatau kesimpulan yang bersifat
umum dari berbagai kasus yang bersifat individu. Penalaran secara induktif
dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang bersifat khas dan dan
terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan
pernyataan yang bersifat umum.
Kesimpulan yang bersifat umum ini penting artinya karena mempunyai dua
keuntungan, yaitu :
·
Bersifat ekonomis.
·
Dimungkinkannya
proses penalaran selanjutnya.
b. Deduksi
Penalaran
deduktif adalah kegiatan berpikir yang sebaliknya dari penalaran induktif.
Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik
kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya
menggunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus. Silogismus disusun dari
dua buah pertanyaan dan satu kesimpulan. Pernyataan yang mendukung silogismus
ini disebut premis yang kemudian dapat dibedakan sebagai premis mayor dan
premis minor. Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat dari penalaran
deduktif berdasarkan kedua premis tersebut.
Jadi
ketepatan penarikan kesimpulan tergantung pada tiga hal yakni kebenaran premis
mayor, kebenaran premis minor, dan keabsahan penarikan kesimpulan. Sekiranya
salah satu dari ketiga unsur tersebut persyaratannya tidak dipenuhi maka kesimpulan
yang akan ditariknya akan salah. Matematika adalah pengetahuan yang disusun
secara deduktif.
D . Sumber Pengetahuan
Pengetahuan merupakan kegiatan akal yang mengolah hasil
tangkapan yang tidak jelas yang timbul dari indera kita, ingatan atau angan-angan
kita. Ada beberapa sumber untuk
mendapatkan pengetahuan, antara lain:
1. Akal atau rasio
Aliran
pemikiran yang menekankan pentingnya peran akal atau ide disebut rasionalisme.
Kaum rasionalis mempergunakan metode deduktif dalam menyusun pengetahuannya.
Kaum rasionalis yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak di dalam ide dan
hanya dapat diperoleh dengan akal budi saja. Jadi ide kaum rasionalis bersifat
apriori dan pengalaman didapatkan dari penalaran rasional. Masalah yang timbul
dari berpikir seperti ini adalah mengenai kriteria untuk mengetahui kebenaran
dari suatu ide yang menurut seseorang jelas dan dapat dipercaya. Hal ini
terjadi karena premis-premis yang hanya bersumber pada penalaran rasional dan
tidak memperdulikan pengalaman.
2. Pengalaman
Aliran pemikiran yang menekankan
pengalaman sebagai sumber pengetahuan disebut empirisme. Kaum empiris
berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu bukan didapat dari penalaran rasional
yang abstrak namun lewat pengalaman yang konkret. Masalah utama yang timbul
dalam penyusunan pengetahuan secara empiris adalah bahwa pengetahuan yang
dikumpulkan itu cenderung untuk menjadi suatu kumpulan fakta-fakta. Kumpulan
mengenai fakta atau kaitannya antara berbagai fakta, belum menjamin terwujudnya
suatu sistem pengetahuan yang sistematis. Pengalaman dalam empirisme yang
dimaksud ialah pengalaman inderawi. Pengetahuan inderawi ini bersifat parsial
karena indera yang satu berbeda dengan indera yang lainnya. Jadi pengetahuan
inderawi berdasar pada perbedaan indera dan terbatas pada sensibilitas indera
tertentu.
- Intuisi
Intuisi merupakan pengetahuan yang
didapat tanpa melalui proses penalaran tertentu. Intuisi besifat personal dan
tidak dapat diramalkan. Pengetahuan intuitif dapat dipergunakan sebagai
hipotesis bagi analisis selanjutnya dalam menentukan benar tidaknya pernyataan
yang dikemukakan. Kegiatan intuitif dan analitik dapat bekerjasama dalam
menemukan suatu kebenaran.
- Wahyu
Wahyu merupakan pengetahuan yang
disampaikan oleh Tuhan kepada manusia. Pengetahuan ini disalurkan lewat
nabi-nabi yang diutus-Nya sepanjang zaman. Agama merupakan pengetahuan bukan
saja mengenai kehidupan sekarang yang terjangkau pengalaman, namun juga
mencakup masalah-masalah yang bersifat transedental seperti latar belakang
penciptaan manusia dan hari kemudian di akhirat nanti. Singkatnya, agama
dimulai dari rasa percaya, dan lewat pengkajian selanjutnya kepercayaan itu
meningkat atau menurun. Sedangkan pengetahuan muncul dari rasa tidak percaya,
dan setelah melalui proses pengkajian ilmiah, bisa diyakinkan atau tetap pada
pendirian semula.
E . Kriteria
Kebenaran
- Pengertian Kebenaran
Kebenaran adalah persesuaian antara
pengetahuan dan obyeknya. Kebenaran menurut setiap individu relatif
berbeda-beda, sehingga setiap jenis pengetahuan mempunyai kriteria kebenaran
yang tidak sama. Hal ini disebabkan oleh watak pengetahuan yang berbeda.
- Jenis-jenis Kebenaran
Ada tiga jenis kebenaran, yakni:
1. Kebenaran Epistimologis
Kebenaran
epistimologis disebut juga kebenaran logis. Kebenaran epistimologis merupakan
kebenaran yang berhubungan dengan pengetahuan manusia. Sebuah pengetahuan
disebut benar dan kapan pengetahuan disebut benar apabila apa yang terdapat
dalam pikiran subjek sesuai dengan apa yang ada dalam objek.
2. Kebenaran Ontologis
Kebenaran ontologis berkaitan dengan sifat dasar atau kodrat
dari obyek. Kebenaran ontologis merupakan kebenaran sebagai sifat dasar yang
melekat pada hakikat segala sesuatu yang ada.
3. Kebenaran Semantik
Kebenaran semantik merupakan kebenaran yang terdapat dan
melekat dalam tutur kata dan bahasa. Kebenaran ini berkaitan dengan pemakaian
bahasa. Bahasa merupakan ungkapan dari kebenaran.
- Teori Kebenaran
Ada tiga macam teori kebenaran,
yakni:
1. Teori Koherensi
Menurut teori koherensi suatu
pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan
pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Matematika adalah bentuk
pengetahuan yang penyusunannya dilakukan pembuktian berdasarkan teori koheren.
2.
Teori
Korespondensi
Berdasarkan teori korespondensi, pernyataan dianggap benar
jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi
(berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pertanyaan tersebut.
3. Teori Pragmatis
Berdasarkan teori pragmatis,
pernyataan dianggap benar diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut
bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Artinya, suatu parnyataan adalah
benar, jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai
kegunaan praktis dalam kehidupan manusia. Pragmatisme bukanlah suatu aliran
filsafat yang mempunyai doktrin-doktrin filsafati melainkan teori dalam
penentuan kriteria kebenaran.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengetahuan merupakan
segala sesuatu yang diperoleh manusia melalui sebuah pengamatan. Saat seseorang
mengamati suatu hal dan dia memperoleh sesuatu dari pengamatannya, maka bisa
disebut orang tersebut memperoleh sebuah pengetahuan.Berpikir merupakan suatu
kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Apa yang disebut benar bagi
setiap orang itu berbeda-beda sehingga kegiatan proses berpikir untuk menghasilkan
pengetahuan yang benar itu pun juga berbeda-beda. Oleh sebab itu, cara berpikir
mempunyai kriteria kebenaran yang digunakan sebagai landasan untuk menemukan
kebenaran.
B.
Saran
Penulis menyarankan agar pembaca lebih memperbanyak lagi
referensi-referensi mengenai Dasar-Dasar Pengetahuan selain makalah ini. Hal ini dikarenakan oleh keterbatasan penulis dalam mencari
referensi-referensi dalam penyusunan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Hubbi, kimia. 2015.Dasar-Dasar Pengetahuan, (Online), http://KimiaHubbi.blogspot.co.id/2015/03/dasar-dasar pengetahuan
,
diakses 12 Februari 2018
Soberi , Muhammad. 2015.DASAR-DASAR PENGETAHUAN , (Online), http://MuhammadSoberi.blogspot.co.id/2015/03/dasar-dasar pengetahuan
,
diakses 12 Februari 2018
Koftsoff,Louis O. 1987.ELEMENT
OF PHILOSOPY,atau PENGANTAR FILSAFAT,Terj. Soemargono, Soejono.Yogyakarta: TIARA WICAKSANA YOGYA.
0 komentar:
Posting Komentar