BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Manusia merupakan makhluk yang lebih
sempurna dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain. Akibat dari unsur
kehidupan yang ada pada manusia, manusia berkembang dan mengalami perubahan,
baik perubahan dalam segi fisiologik maupun dalam segi psikologik. Bagaimana
manusia berkembang dibicarakan secara mendalam dalam psikologi khusus yang
membicarakan tentang masalah perkembangan manusia. Dalam kesempatan ini akan
diketengahkan mengenai faktor-faktor yang menentukan dalam perkembangan manusia
ternyata terdapat beberapa pendapat mengenai faktor perkembangan manusia.
Hubungan individu dengan
lingkungannya ternyata tidak hanya berjalan sebelah, dalam arti hanya
lingkungan saja yang mempunyai pengaruh terhadap individu. Hubungan antara
individu dengan lingkungannya terdapat hubungan yang saling timbal-balik, yaitu
lingkungan dapat mempengaruhi individu, tetapi sebaliknya individu juga dapat
mempengaruhi lingkungan.
B.
Pengertian
Pembawaan
atau bakat terkandung dalam sel-benih (kiem-cel), yaitu keseluruhan
kemungkinan-kemungkinan yang ditentukan oleh keturunan, inilah yang dalam arti
terbatas kita namakan pembawaan (aanleg).
Lingkungan
(environment) ialah meliputi semua kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam
cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan
atau life process kita kecuali gen-gen.
C.
TUJUAN
1. Mengetahui
teori-teori tentang pembawaan vs lingkungan
2. Mengetahui
apa yang dimaksud dengan pembawaan dan lingkungan
3. Memahami
faktor yang mempengaruhi pembawaan vs lingkungan
4. Dapat
memberikan informasi kepada pembaca tentang pembawaan vs lingkungan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Munculnya
Teori-teori Pembawaan vs Lingkungan
Manusia merupakan makhluk yang lebih sempurna dibandingkan
dengan makhluk hidup yang lain. Akibat dari unsur kehidupan yang ada pada
manusia, manusia berkembang dan mengalami perubahan, baik perubahan dalam segi
fisiologik maupun dalam segi psikologik. Bagaimana manusia berkembang
dibicarakan secara mendalam dalam psikologi khusus yang membicarakan tentang
masalah perkembangan manusia. Dalam kesempatan ini akan diketengahkan mengenai
faktor-faktor yang menentukan dalam perkembangan manusia ternyata terdapat
beberapa pendapat mengenai faktor perkembangan manusia, dari pendapat tersebut
munculah beberapa teori yang berbeda antara teori satu dengan yang lainnya,
antara lain:
1. Teori Nativisme
Teori ini menyatakan bahwa
perkembangan manusia itu akan di tentukan oleh faktor nativus, yaitu faktor
keturunan yang merupakan faktor yang dibawa oleh individu pada waktu di
lahirkan. Menurut teori ini sewaktu individu dilahirkan telah membawa
sifat-sifat tertentu, dan sifat-sifat inilah yang akan menentukan keadaan
individu yang bersangkutan, sedangkan faktor lain yaitu lingkungan, termasuk
didalamnya pendidikan dapat dikatakan tidak berpengaruh terhadap perkembangan
individu itu. Teori ini dikemukakan oleh Scgopenhauer (Bigot, Kohatamm,
Palland, 1950).
Teori ini menimbulkan pandangan
seakan-akan manusia telah ditentukan oleh sifat-sifat sebelumnya, yang tidak
dapat diubah sehingga individu akan sangat tergantung pada sifat-sifat yang di
turunkan oleh orang tuanya. Bila orang tua tersebut baik, maka sifat individu tersebut
akan baik, sebaliknya bila orang tuanya jahat akan menjadi jahat, sifat baik
atau jahat itu tidak dapat diubah oleh kekuatan-kekuatan lain.
Teori ini menimbulkan konsekuensi
pandangan bahwa manusia bila dilahirkan baik akan tetap baik, sebaliknya bila
manusia dilahirkan jahat maka akan tetap menjadi jahat, yang tidak dapat diubah
oleh pendidikan dan lingkungan.
Karena itu, teori ini dalam pendidikan menimbulkan pandangan
yang pesimistis, yang memandang pendidikan sebagai suatu usaha yang tidak berdaya
menghadapi perkembangan manusia. Teori ini lebih jauh dapat menimbulkan suatu
pendaapat bahwa untuk menciptakan masyarakat yang baik, langkah yang dapat
diambil ialah mengadakan seleksi terhadap anggota masyarakat. Anggota
masyarakat yang tidak baik tidak diberi kesempatan untuk berkembang, karena ini
akan memberikan keturunan yang tidak baik pula. Tetapi ternyata teori ini tidak
dapat di terima oleh ahli-ahli lain, ini terbukti dengan adanya teori-teori
lain di antaranya seperti yang dikemukakan oleh William Stern.
2. Teori Empirisme
Teori ini menyatakan bahwa
perkembangan seseorang akan ditentukan oleh empirinya atau
pengalaman-pengalamannya yang diperoleh selama perkembangan individu tersebut.
Dalam pengertian pengalaman termasuk juga pendidikan yang diterima oleh
individu yang bersangkutan. Menurut teori ini individu dilahirkan itu sebagai
kertas putih bersih belum ada tulisannya, akan menjadi apakah individu
tersebut, tergantung pada apa yang akan dituliskan di atasnya. Oleh karena itu
peranan pendidikan sangatlah besar, pendidikan yang akan menentukan keadaan
individu di kemudian hari. Karena itu, aliran atau teori ini dalam lapangan
pendidikan menimbulkan pandangan yang optimistis yang memandang bahwa
pendidikan merupakan usaha yang cukup mampu untuk membentuk pribadi individu.
Teori empirisme ini dikemukakan oleh John Locke, juga sering juga dikenal
dengan teori “tabularasa”, yang memandang keturunan atau pembawaan tidak
mempunyai peranan.
Bila dilihat dari kedua teori
tersebut, merupakan teori-teori yang bertentangan. Teori nativisme sangat
menitikberatkan pada segi keturunan atau pembawaan, sebaliknya teori empirisme
sangat menitikberatkan empiri, pada lingkungannya, keduanya merupakan teori
yang sangat bersebelahan.Berhubungan dengan hal tersebut ada usaha untuk
menggabungkan kedua teori tersebut, yaitu teori konvergensi.
3. Teori Konvergensi
Teori ini merupakan teori gabungan
(konvergen) dari kedua teori tersebut, yaitu suatu teori yang dikemukakan oleh
William Stern. Menurut William Stern baik pembawaan maupun pengalaman atau
lingkungan mempunyai peranan yang penting dalam perkembangan individu.
Perkembangan individu akan ditentukan baik oleh faktor yang dibawa sejak lahir
maupun faktor lingkungan termasuk pengalaman dan pendidikan yang merupakan
faktor eksogen. Penyelidikan dari William Stern memberikan bukti tentang
kebenaran dari teorinya. William Stern mengadakan penyelidikan dengan anak-anak
kembar di Hamburg. Dilihat dari segi faktor endogen atau faktor genetik anak
yang kembar mempunyai sifat-sifat keturunan yang dapat dikatakam sama.
Anak-anak tersebut dipisahkan dari pasangannya dan ditempatkan pada pengaruh
lingkungan yang berbeda satu dengan yang lain. Pemisah itu segera dilaksanakan
setelah kelahiran. Maka ternyata akhirnya anak-anak itu mempunyai sifat-sifat
yang berbeda satu dengan yang lain, sekalipun secara keturunan mereka dapat
dikatakan relatif mempunyai kesamaan. Perbedaan sifat yang ada pada anak itu
disebabkan karena pengaruh lingkungan dimana anak tersebut berada. Dengan demikian
ini dapat menyatakan bahwa faktor pembawaan tidak menentukan secara mutlak,
pembawaan bukan satu-satunya faktor yang menentukan pribadi atau struktur
kejiwaan seseorang. Kemudian penyelidikan semacam itu banyak dilakukan di
tempat-tempat lain diantaranya di Chicago dan Texas.
Dari bermacam-macam teori
perkembangan seperti tersebut, teori yang dikemukakan oleh William Stern
merupakan teori yang dapat diterima oleh para ahli pada umumnya, sehingga teori
yang dikemukakan oleh William Stern merupakan salah satu hukum perkembangan
individu disamping adanya hukum-hukum perkembangan yang lainnya. Di Indonesia,
teori konvergensi inilah yang dapat diterima, seperti yang dikemukakan oleh Ki
Hajar Dewantara, yaitu:“tentang hubungan anatara dasar dan keadaan ini menurut
ilmu pendidikan ditetapkan adanya “konvergensi” yang berarti bahwa kedua-duanya
saling mempengaruhi, hingga garis dasar itu selalu tarik-menarik dan akhirnya
menjadi satu.
Mengenai perlu tidaknya tuntutan di
dalam tumbuhnya manusia, samalah keadannya dengan soal perlu atau tidaknya
pemeliharaan dalam tumbuhnya tanam-tanaman. Misalnya, kalau sebutir jagung yang
baik dasarnya jatuh pada tanah baik, banyak airnya dan dapat sinar matahari
maka pemeliharaan dari bapak tani tentu akan menambah baiknya tanaman. Kalau
tak ada pemeliharaan, sedangkan tanahnya tidak baik, atau tempat jatuhnya biji
jagung itu tidak mendapat sinar matahari atau kekurangan air maka biji jagung
itu walaupun dassarnya baik, tak akan dapat tumbuh baik karena pengaruh keadaan.
Sebaliknya, kalau sebutir jagung tidak baik dasarnya, akan tetapi ditanam
dengan pemeliharaan yang sebaik-baiknya oleh bapak tani, maka biji itu akan
dapat tumbuh lebih baik daripada biji lain-lainnya yang tidak baik dasarnya”.
(Ki Hajar Dewantara 1962).
B.
Pembawaan VS Lingkungan
1.
Pembawaan
Agar lebih jelas lagi pengertian kita tentang
keturunan dan bagaimana hubungannya atau adakah perbedaannya antara turunan
dengan pembawaan, inilah uraiannya, dapat kita katakan bahwa yng dimaksud
dengan pembawaan ialah semua kesanggupan-kesanggupan yang dapat diwujudkan.
Pembawaan
atau bakat terkandung dalam sel-benih (kiem-cel), yaitu keseluruhan
kemungkinan-kemungkinan yang ditentukan oleh keturunan, inilah yang dalam arti
terbatas kita namakan pembawaan (aanleg).
a. Struktur Pembawaan
Disamping
kita memahami bahwa pembawaan yang bermacam-macam yang ada pada anak itu tidak
dapat kita amati, jadi belum dapat dilihat sebelum pembawaan itu menyatakan
diri dalam perwujudannya (dari potential ability menjadi actual ability), kita
hendaklah selalu ingat bahwa sifat-sifat dalam pembawaan (potensi-potensi) itu
seperti : potensi untuk belajar ilmu pasti, berkata-kata, intelijensi yang baik
dan lain-lain merupakan struktur pembawaan anak-anak.
Di muka telah dikatakan bahwa pembawaan ialah
seluruh kemungkinan yang terkandung dalam sel-benih yang akan berkembang
mencapai perwujudannya.Pembawaan (yang dibawa anak sejak lahir) adalah
potensi-potensi yang aktif dan pasif, yang akan terus berkembang hingga
mencapai perwujudannya.
Pembawaan dan bakat adalah dua istilah yang
sama maksudnya. Umumnya dalam psikologi kita dapati kedua istilah itu sejajar,
sama-sama dipakai untuk satu pengertian, yaitu pembawaan (aanleg). Untuk
menggantikan kata aanleg kedua istilah tersebut di atas dapat digunakan
sama-sama dengan maksud sama pula.
b. Beberapa Macam Pembawaan dan Pengaruh
Keturunan
Perlu
pula kiranya kita singgung sedikit beberapa macam pembawaan berikut :
1).
Pembawaan jenis
Tiap-tiap
manusia biasa diwaktu lainnya telah memiliki pembawaan jenis, yaitu jenis
manusia. Bentuk badannya, anggota-anggota tubuhnya, intelijensinya, ingatannya
dan sebagainya semua itu menunjukkan ciri-ciri yang khas, dan berbeda dengan
jenis-jenis makhluk lain.
2). Pembawaan Ras
Dalam
jenis manusia pada umumnya masih terdapat lagi bermacam-macam perbedaan yang
juga termasuk pembawaan keturunan, yaitu pembawaan keturunan mengenai ras.
3). Pembawaan
Jenis Kelamin
Setiap
manusia yang normal sejak lahir telah membawa pembawaan jenis kelamin masing-masing.
4). Pembawaan
Perseorangan
Kecuali
pembawaan-pembawaan terebut diatas, tiap orang sendiri-sendiri (individu)
memiliki pembawaan yang bersifat individual (pembawaan perseorangan) yang
tipikal, banyak ditentukan oleh keturunan ialah pembawaan ras, pembawaan jenis
dan pembawaan kelamin.
Konstitusi
tubuh : termasuk didalamnya : motorik, seperti sikap badan, sikap berjalan, raut muka, gerakan bicara.
Cara
bekerja alat-alat indra : ada orang yang lebih menyukai beberapa jenis perangsang tertentu yang mirip dengan
kesukaan yang dimiliki oleh ayah atau ibunya. Sifat-sifat ingatan dan
kesanggupan belajar. Tipe-tipe perhatian, intelijensi kosien (IQ) serta
tipe-tipe intelijensi.
Cara-cara
berlangsungnya emosi-emosi yang khas.
Tempo
dan ritme perkembangan (ingat pelajaran psikologi perkembangan)
2.
Lingkungan (environment)
Macam-macam
lingkungan dan bagaimana individu berinteraksi dengan lingkungannya.
Macam-macam
lingkungan
Lingkungan (environment) ialah
meliputi semua kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu
mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life process
kita kecuali gen-gen. Menurut Sertain lingkungan itu dapat dibagi menjadi 3
bagian sebagai berikut :
1)
Lingkungan alam/luar (eksternal or physical environment)
2) Lingkungan dalam (internal environment),
dan
3) Lingkungan sosial/masyarakat (social
environment)
Bagaimana Individu Berhubungan Dengan
Lingkungan?
Kepribadian
adalah organisasi dinamis daripada sistem psikofisik dalam individu yang turut
menentukan cara-caranya yang unik (khas). Dari rumusan /definisi tersebut jelas
bahwa kepribadian manusia tidak dapat dirumuskan sebagai suatu keseluruhan atau
kesatuan individu saja, tanpa sekaligus meletakkan hubungannya dengan
lingkungannya. Menurut woodworth, cara-cara individu itu berhubungan dengan
lingkungannya dapat dibedakan menjadi 4 macam :
1). Individu bertentangan dengan lingkungannya,
2). Individu menggunakan lingkungannya,
3). Individu berpartisipasi dengan lingkungannya,
dan
4).
Individu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.Individu itu senantiasa
berusaha untuk “ menyesuaikan diri “ (dalam arti luas) dengan lingkungannya.
Dalam arti yang luas menyesuaikan diri itu berarti :
a).
Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan (penyesuaian autoplastis)
b).
Mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan) diri penyesuaian diri
alloplastis
C.
Faktor Pembawaan vs Lingkungan
Faktor endogen ialah faktor atau
sifat yang dibawa oleh individu sejak dalam kandungan hingga kelahiran. Jadi,
faktor endogen merupakan faktor keturunan atau faktor pembawaan. Oleh karena
individu itu terjadi dari bertemunya ovum dari ibu dan sperma dari ayah maka
tidaklah mengherankan kalau faktor endogen yang dibawa oleh individu itu
mempunyai sifat-sifat seperti orang tuanya.
Tetapi seperti telah dikemukakan di
muka faktor endogen dalam perkembangan selanjutnya dipengaruhi oleh faktopr
eksogen. Apa saja faktor-faktor endogen ini? Kenyataan menunjukkan bahwa
sewaktu individu dilahirkan telah ada sifat-sifat yang tertentu terutama
sifat-sifat yang berhubungan dengan faktor-faktor kejasmanian, misalnya
bagaimana kulitnya putih, hitam atau coklat, bagaimana keadaan rambutnya,
pirang, dan sebagainya. Sifat-sifat ini merupakan sifat-sifat yang mereka dapatkan
karena faktor keturunan, seperti yang dikenal dengan hukum Mendel.
Faktor pembawaab yang berhubungan
dengan keadaan jasmani pada umumnya tidak dapat diubah. Bagaimana besar
keinginan orang untuk mempunyai warna kulit yang putih, bersih, hal ini tidak
mungkin kalau karena faktor keturunan kulitnya warna cokelat, demikian pula
halnya dengan yang lain-lain.
Disamping itu individu juga
mempunyai sifat-sifat pembawaan sifat psikologik yang erat hubungannya dengan
keadaan jasmani, yaitu temperamen. Temperamen merupakan sifat-sifat seseorang
yang erat hubungannya dengan struktur kejasmanian seseorang, yaitu yang
berhubungan dengan fungsi-fungsi fisiologik seperti darah, kelenjar-kelenjar,
cairan-cairan lain, yang terdapat dalam diri manusia.
Seperti dikemukakan oleh Hyocrates
dan Galenus, yang menghubungkan sifat-sifat kejasmanian (struktur kejasmanian)
dengan sifat psikologik dari individu yang bersangkutan. Sehubungan dengan hal
ini ada beberapa tipe temperamen dari manusia, yaitu “sanguinicus, flegmaticus,
cholericus, melancholicus”. Temperamen adalah berbeda dengan karakter atau
watak, yang kadang-kadang kedua pengertian itu dipersamakan satu dengan yang
lain. Karakter atau watak yaitu merupakan keseluruhan dari sifat seseorang yang
nampak dalam perbuatannya sehari-hari, sebagai hasil pembawaan maupun
lingkungan. Temperamen pada umumnya bersifat tidak konstan, dapat berubah-ubah
sesuai dengan pengaruh lingkungan. Seperti apa yang dikemukakan oleh Ki Hajar
Dewantoro, bahwa pada individu ada bagian yang dapat berubah dan ada yang tidak
dapat diubah. Yang tidak dapat diubah inilah yang bersifat konstan yaitu yang
berhubungan dengan temperamen.
Selain individu mempunyai
pembawaan-pembawaan yang berhubungan dengan sifat-sifat kejasmanian dan
temperamen, maka individu masih mempunyai sifat-sifat pembawaan yang berupa
bakat. Bakat bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang dibawa individu
sewaktu dilahirkan. Bakat merupakan potensi yang berisi kemungkinan-kemungkinan
untuk berkembang ke suatu arah. Bakat bukanlah sesuatu yang telah terjadi, yang
telah terbentuk pada waktu individu dilahirkan, tetapi baru merupakan potensi
saja.
Agar potensi ini menjadi aktualisasi
dibutuhkan kesempatan untuk dapat mengaktualisasikan bakat-bakat tersebut.
Karena itu, untuk dapat beraktualisasi karena kesempatan tidak atau kurang
memungkinkan. Untuk mengaktualisasikan bakat diperlukan lingkungan yang baik,
yang mendukung, di sinilah letak peranan lingkungan dalam perkembangan
individu. Karena itu, langkah yang baik ialah memberi kesempatan untuk
mengembangkan bakat sebaik-baiknya. Untuk dapat mengetahui bakat seseorang
umumnya digunakan tes bakat (aptitude test) seperti telah dipaparkan di muka.
Sekalipun pengaruh lingkungan tidak
bersifat memaksa, namun tidak dapat diingkari bahwa peranan lingkungan cukup
besar dalam perkembangan individu. Lingkungan ini secara garis besar dapat
dibedakan:
·
Lingkungan
fisik, yaitu lingkungan yang berupa alam, misalnya keadaan tanah, keadaan
musim, dsb. Lingkungan alam yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda
pula pada individu. Misalnya daerah pegunungan akan memberikan pengaruh yang
lain bila dibandingkan dengan daerah pantai. Daerah yang mempunyai musim dingin
akan memberikan pengaruh yang berbeda dengan daerah yang mempunyai musim panas.
·
Lingkungan
sosial, yaitu merupakan lingkungan masyarakat dimana dalam lingkungan
masyarakat ini ada interaksi individu satu dengan individu lainnya. Keadaan
individupun akan memberikan pengaruh tertentu terhadap perkembangan individu.
Lingkungan sosial ini biasanya dibedakan menjadi:
a.
Lingkungan sosial primer, yaitu lingkungan dimana terdapaat hubungan
yang erat antara anggota satu dengan anggota yang lainnya, anggota satu dengan
yang lain saling kenal dengan baik. Oleh karena di antara anggota telah ada hubungan
yang erat maka sudah tentu pengaruh dari lingkungan sosial ini akan lebih
mendalam bila dibandingkan dengan lingkungan sosial yang hubungannya tidak
erat.
b. Lingkungan sosial sekunder,
yaitu lingkungan sosial yang berhubungan dengan anggotanya agak longgar. Pada
umumnya antara anggota satu dengan anggota lainnya tidak saling mengenal.
Karena itu, pengaruh lingkungan sosial sekunder akan kurang mendalam bila
dibandingkan dengan pengaruh lingkungan sosial primer.
Pengaruh lingkungan sosial, baik
primer maupun sekunder sangat kompleks dalam perkembangan individu, hal ini
secara mendalam dibicarakan tersendiri dalam psikologi sosial. Hubungan
individu dengan lingkungannya ternyata tidak hanya berjalan sebelah, dalam arti
hanya lingkungan saja yang mempunyai pengaruh terhadap individu. Hubungan
antara individu dengan lingkungannya terdapat hubungan yang saling
timbal-balik, yaitu lingkungan dapat mempengaruhi individu, tetapi sebaliknya
individu juga dapat mempengaruhi lingkungan.
Bagaimana sikap individu terhadap
lingkungan dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.
Individu
menolak atau menentang lingkungan.
Dalam keadaan ini lingkungan tidak
sesuai dengan yang ada dalam diri individu. Dalam keadaan yang tidak sesuai ini
individu dapat memberikan bentuk atau perubahan lingkungan seperti yang
dikehendaki oleh individu yang bersangkutan. Misalnya, akibat banjir sebagian
jalan terputus. Untuk mengatasi ini dibuat tanggul untuk melawan pengaruh dari
lingkungan itu, sehingga orang tidak menerima begitu saja.
2.
Dalam
kehidupan bermasyarakat kadang-kadang orang tidak cocok dengan norma-norma
dalam sesuatu masyarakat. Orang dapat berusaha untuk dapat mengubah norma yang
tidak baik itu menjadi norma yang baik. Jadi, individu secara aktif memberikan
pengaruh terhadap lingkungannya.
3.
Individu
menerima lingkungan.Dalam hal ini keadaan sesuai atau sejalan dengan yang ada
dalam diri individu. Dengan demikian, individu akan menerima lingkungan itu.
4.
Individu
bersikap netral.
Dalam hal ini individu tidak
menerima tetapi juga tidak menolak. Individu dalam keadaan “status quo”
terhadap lingkungan.
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Bahwa
semua yang berkembang dalam diri suatu individu ditentukan oleh pembawaan dan
juga oleh lingkungannya dan adapula lebih ditentukan oleh pembawaannya. Nativisme
mengatakan bahwa pendidikan tidak bisa mengubah pembawaan. Bila dilihat dari
kedua teori yang bertentangan satu dengan yang lainnya.
Sebagai
kesimpulan dapat dikatakan jalan perkembangan manusia sedikit banyak ditentukan
oleh pembawaan yang turun temurun oleh aktifitas atau penentuan manusia sendiri
yang dilakukan dengan bebas di bawah pengaruh faktor-faktor lingkungan
tertentu, berkembang menjadi sifat-sifat.
Tetapi ada teori
konvergensi yang merupakan teori gabungan baik pembawaan maupun pengalaman
lingkungan mempunyai peranan penting di dalam perkembangan individu.
Perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor
bawaan sejak lahir (endogen).
B.
SARAN
Setelah mempelajari materi tentang Pembawaan VS Lingkungan ini diharapkan tidak
lagi terjadi salah dalam mengartikan tentang
pembawaan vs lingkungan. Oleh karena itu, sudah seharusnya kita
memperdalam ilmu pengetahuan agar kita mampu memahami materi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Aprileopgsd.
2013. Makalah Psikologi Manusia Pembawaan
dan Lingkungan, (online)
https://aprileopgsd.wordpress.com/2013/05/23/makalah-psikologi-manusia-pembawaan-dan-lingkungan/.
Diakses 15 Oktober 2018
0 komentar:
Posting Komentar